"Kau tahu? Selama ini aku berpikir, mengapa Malfoy begitu membencimu?” Ron meletakkan pena bulu di atas perkamennya dan memandang Hermione yang sibuk mengoreksi PR Ron. Hermione tetap sibuk bergumam-gumam sendiri sambil mencoret-coreti perkamen Ron seakan tak mendengar apa-apa.
“Kau dengar tidak, sih?” kata Ron jengkel.
“Daripada memikirkan itu, lebih baik kau lihat pekerjaanmu ini. Setiap kalimat selalu ada kesalahan. Aku sampai…”
“Yeah. Kau benar. Lupakan saja semua kataku,” sela Ron dingin. “Aku heran kau bisa langsung fokus ketika surat Krum datang tempo hari…” Hermione menarik napas tak sabar. Dia beralih memandang Ron sebal. “Oke, oke. Apa sih, yang ingin kau dengar tentang si Malfoy itu? Mengapa kebenciannya kau pertanyakan seperti itu? Bukankah itu sama saja seperti mempertanyakan mengapa Vol… ehm…” dia berhenti sebentar. “…Voldemort ingin membunuh Harry?” Ron sedikit berjengit mendengar nama itu disebut. “Kenapa? Semua orang tua kita sudah terbiasa dengan nama itu,” Hermione kembali ke perkamen Ron dan mulai mencoret-coretinya lagi. “Ta… tapi itu berbeda. Perseteruan antara Harry dan… Kau-Tahu-Siapa sudah diramalkan, sudah menjadi takdir. Dan juga kebencian Snape terhadap Harry. Itu semua beralasan. Dan alasannya sangat masuk akal!” kata Ron bersemangat. “Sedangkan Malfoy… aku tak tahu kapan dia mulai dan kenapa dia membenci kita, khususnya kau.” “Kau ini idiot atau apa?” kata Hermione santai, tak berpaling dari perkamen Ron. “Sudah jelas, kan? Itu karena ayahnya salah satu pelahap maut. Dan Malfoy, tentu saja, sebagai anaknya pasti akan terbawa oleh keadaan ayahnya. Dan mengapa dia kelihatan paling membenciku, itu karena aku keturunan Muggle. Sudah jelas?” kata Hermione dengan nada menyebalkan. Ron kelihatan ragu-ragu. Beberapa detik kemudian dia kembali mengambil pena bulunya dan mulai menulis lagi. “Tapi…” mendadak dia berhenti, seperti teringat sesuatu. “Malfoy tak pernah menganggu anak-anak lain… Bahkan Neville pun tak pernah ia buat jengkel… Jika dia memang anak yang menyebalkan karena pengaruh ayahnya, seharusnya dia akan menyebalkan bagi semua orang, kan?” Hermione mendongakkan kepalanya. Tangannya berhenti mencoret. Kemudian ia berpaling pada Ron dengan ekspresi serius yang janggal. Tampaknya ia berpikir keras. “Jarang sekali kau punya pemikiran bagus seperti itu…” gumamnya. “Whatever! Lalu? Apa jawabanmu, Miss Granger?” kata Ron meniru gaya Snape.“Kau tahu, Ron? Kurasa aku akan menanyakannya langsung pada Malfoy,” Hermione tersenyum, menyerahkan perkamennya kepada Ron dan bergegas keluar.“Kau… apa?” teriak Ron dari ujung perapian ruang rekreasi Gryffindor ketika Hermione membuka lukisan Nyonya Gemuk hendak keluar. Ron berdiri menghampirinya dengan paras tak percaya. “Kau tak bisa pergi sendiri dan…”“Jangan ikuti aku!” sergahnya, tak kalah keras dari Ron. Aku tahu bagaimana menjaga diri. Lagipula, aku kan Prefek. Malfoy juga. Jadi dia pasti ada di sekitar asramanya untuk patroli.” Dan kemudian dia menghilang di balik lubang lukisan. Ron masih melongo di depan lubang lukisan sebelum Harry keluar dari kamarnya sambil menguap. “Ada apa ribut-ribut?” katanya sambil menggosok-gosok matanya sebelum memakai kacamata bulatnya.“Harry! Aku pinjam jubah gaibmu sebentar! Hermione akan bertindak bodoh dengan menghampiri Malfoy dan menanyakan mengapa Malfoy membenci kita!” Kata Ron dengan ekspresi takut.“Oh… tak apa-apa, kan? Selama ini aku juga ingin tahu me…”“HARRY!” jerit Ron tak percaya.“Oh… oke, oke. Akan kuambil jubah gaibnya…”Harry dan Ron mengikuti Hermione yang berjalan di sepanjang koridor menuju asrama Slytherin. Harry dapat melihat kalau wajah Hermione diwarnai ketegangan yang tak seperti biasanya. Kemudian dia melihat ekspresi Ron yang sangat khawatir. Harry tak heran. Waktu tahun kedua mereka di Hogwarts, Ron marah sekali ketika Malfoy mengatai Hermione “si darah-lumpur” dan lupa kalau tongkat sihirnya rusak, Ron langsung mengutuk Malfoy dengan mantra eat-slugs. Akibatnya, mantra Ron berbalik mengenai Ron sendiri. Tapi jelas, saat itu dia memang benar-benar belum pernah semarah itu kepada Malfoy, meskipun dia sering diejek tentang keserbasederhanaan keluarga Weasley sebelumnya. Hermione berbelok di pertigaan di depan mereka dan Harry mendengar suara pintu tertutup di belakang mereka. Ternyata Malfoy. “Granger… Kejutan sekali kau berkeliaran di asramaku,” Malfoy berjalan mendekati Hermione dengan senyumannya yang menyebalkan. Harry dan Ron langsung merapat ke dinding, menghindari Malfoy dan Hermione yang akhirnya saling berhadapan. Harry melihat Ron mengeluarkan tongkat sihir dari jubahnya, berjaga-jaga. Tongkat di tangannya bergetar hebat dan wajahnya tegang setengah mati.
“Tentunya kau tak ingin menemui aku, bukan? Atau kau ingin mendengar sesuatu yang hebat tentang para darah-lumpur yang bahkan tak terekam dalam buku Sejarah Hogwarts?” Malfoy mulai melancarkan terornya seperti biasa. Ron mendengus kesal dan hampir keluar dari jubah gaib. Tapi Harry menahannya. “Sabar, Ron!” bisik Harry, tepat di telinga Ron yang sekarang sudah semerah tomat. Namun di luar dugaan, Hermione hanya tersenyum santai menanggapi celaan Malfoy. “Justru sebaliknya. Aku memang mencarimu, Malfoy, “ katanya tegas. “Oh… suatu kehormatan bagiku dicari oleh seorang darah-lumpur penggila buku sepertimu. Yah… selama kau tak menyentuhku… kurasa aku takkan tertular…” ejek Malfoy. Ron kembali berontak. Harry susah payah menahannya. “Ron! Tenang! Kau tak boleh keluar sekarang! Ini masih belum apa-apa!” bisik Harry sambil memegangi Ron. Namun Hermione tetap dengan senyumannya, membuat Malfoy kehilangan senyum menyebalkannya dan mulai menatap Hermione curiga. “Kali ini aku takkan terjebak dengan semua hinaanmu. Silakan kau hina aku sepuasmu. Aku takkan membalasnya. Karena aku tahu kau punya alasan,” Hermione bersidekap dengan anggun. “Alasan yang tak bisa kaukatakan pada siapapun… bahkan pada ayahmu sekalipun…” Wajah Malfoy menegang. Harry dan Ron terpana melihatnya. Baru kali ini Malfoy bisa begitu kelihatan terancam hanya dengan kata-kata sesederhana itu. Apa yang sebenarnya dipikirkan Hermione? Karena Hermione adalah gadis yang punya banyak kejutan dalam kepalanya. Dia punya ide-ide dan pemahaman brilyan yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain. Kali ini, apa rencananya? “Aku tak tahu apa yang kaubicarakan, Granger,” kata Malfoy. Jelas kelihatan kalau sedang berusaha terdengar tenang. “Kau tahu persis apa yang kumaksud…” kata Hermione intimidatif. “Aku berpikir waktu pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaibnya Hagrid… aku menamparmu dan apa yang kaulakukan? Tidak ada. Kau hanya memasang tampang tak percaya dan sakit hati…” Malfoy mulai menitikkan butir-butir kecemasan dari keningnya. “Tapi ketika Fred dan George memukulmu, kau langsung membalas mereka… Mengapa begitu, ya?” Hermione berpura-pura berpikir dan kemudian melanjutkan. “Dan waktu pesta dansa… aku tak begitu memperhatikanmu. Tapi yang pasti Pansy Paskinson yang waktu itu adalah pasanganmu terus mengeluh karena kau tak bisa berhenti memperhatikan siapa yang bersanding dengan seorang seeker tim nasional Quidditch Bulgaria dari sekolah sihir Durmstrang…” “CUKUP!” tanpa sadar Malfoy berteriak sampai terdengar ke ujung koridor. Harry dan Ron terpaku. Masih bingung dengan apa yang sebenarnya dibicarakan oleh Hermione. Harry berusaha merangkai semua kejadian antara Malfoy dan Hermione. Dan dia memang menemui suatu kejanggalan… “Apa sebenarnya yang ingin kau ketahui, Granger?” tanya Malfoy dengan nada mengancam. Tapi terlihat jelas kalau wajahnya pucat pasi. “Mengapa kau membenciku, Malfoy? Bukannya aku tidak terima. Hanya saja kupikir kau pasti punya alasan yang sangat bagus…” Hermione menurunkan kedua tangannya dan berjalan mendekati Malfoy yang terhuyung mundur. “Nah, aku ingin mendengarnya. Jangan katakan kalau selama ini kau membenci segala sesuatu yang berhubungan dengan Harry. Karena Harry terkenal dan kau iri padanya. Jangan alasan yang itu. Karena kau tak pernah mengganggu teman Harry yang lain seperti Seamus Finnigan atau Neville Longbottom. Jadi sebaiknya kau pikirkan alasan yang lebih masuk akal…” Malfoy bersusah payah menelan ludah. “U… untuk apa aku harus menjawab pertanyaan konyol itu?” gagapnya. Hermione mundur. Menjauhi Malfoy… hampir menabrak Harry dan Ron yang bersembunyi di balik jubah gaib. “Jadi benar…” kata Hermione. Wajah shock-nya terlihat jelas oleh Harry dan Ron—karena Hermione tepat berada di depan mereka.
“Apanya yang benar!?” tanya Malfoy dengan suara seperti tercekik. “Kau… bukan membenci segala yang berhubungan dengan Harry… tetapi segala yang berhubungan dengan aku…” Hermione masih memasang ekspresi ngeri. Malfoy tak dapat berkata apa-apa. Di kepalanya berputar segala macam pikiran. Tapi dia tak menemukan alasan untuk membantahnya. Harry dan Ron masih terpaku, mendengarkan. “Granger… ini tidak seperti yang kaupikirkan…” kata Malfoy dengan suara bergetar. Dia mulai melangkah mendekati Hermione… “Jangan mendekat!” Hermione langsung mengeluarkan tongkat sihir dari balik jubahnya dan menodongkannya ke Malfoy. Malfoy langsung berhenti. Matanya mengawasi tongkat Hermione dengan cemas. “Tidak kusangka… harga dirimu… statusmu sebagai seorang Malfoy… dan kenyataan kalau aku keturunan Muggle… semuanya itulah yang ternyata membuatmu berlaku menjijikkan terhadap aku dan teman-teman dekatku… Tapi aku tidak terima, Malfoy… Sampai kapanpun aku tidak akan terima!” Hermione berbalik lari meninggalkan Malfoy yang memandang kosong ke depan. Harry dan Ron masih di sana, dua meter dari Malfoy berdiri. Masih belum mengerti apa yang dimaksud Hermione… Malfoy mengeluarkan sebuah kantung hitam dari jubahnya dan melemparnya ke luar jendela. “Dia sudah tahu… “ katanya muram. “Sekarang sudah tak mungkin lagi…” dia pun akhirnya berbalik dan menghilang di balik pintu asramanya. Harry dan Ron saling bertukar pandang. Lalu serempak mereka langsung turun ke taman sekolah untuk mencari tahu apa yang dibuang Malfoy. Mungkin itu bisa menjelaskan segalanya. “Harry… kau kira apa yang terjadi tadi?” kata Ron sambil menuruni tangga pualam dengan terburu-buru diikuti Harry, masih memakai jubah gaib—mereka tak mau ditemukan Mr Filch si penjaga sekolah atau kucing kesayangannya, Mrs Norris. “Aku tak tahu… yang kusadari aneh adalah ejekan Malfoy yang pertama…” kata Harry. Mereka sudah sampai di pintu gerbang. “Apa maksudmu?” “Malfoy bilang, ‘Atau kau ingin mendengar sesuatu yang hebat tentang para darah-lumpur yang bahkan tak terekam dalam buku Sejarah Hogwarts?’” “Lalu?” “Kau belum mengerti juga. Di antara semua murid Hogwarts, hanya Hermione-lah yang membaca buku Sejarah Hogwarts! Dan yang tahu akan hal itu hanya kita dan Profesor McGonagall. Nah, bagaimana Malfoy bisa tahu? Cuma satu jawabannya. Dia pernah melihat Hermione membaca buku itu. Yang aneh, buat apa dia repot-repot memeriksa apa yang dibaca Hermione?”
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiFEUhaYPGo-PyEKVJ176sGLRO_JB8t5Teq4qZ1XIY738LPYOgQ8MjxSZYQLgenFy-r27MDqy0Ib9Vkxdpyv8rb_negBjdhvaUCr8vf4ryszAkoE0HFebpAM34R2wJytCI68u9nceHLO8O/s1600/910230_1324908058341_full.jpg) |
Mengapa Malfoy repot-repot memperhatikan apa yang dibaca Hermione? Ini aneh. |
Mereka akhirnya sampai di perkarangan Hogwarts dan mulai sibuk mencari. “Tinggal benda ini… kalau dugaanku tepat, maka benda itu adalah…” “Harry. Ini dia!” kata Ron sambil mengangkat bungkusan hitam. Ron hendak membukanya ketika Harry menangkap tangan Ron. “Kenapa? Apakah menurutmu berbahaya?” kata Ron polos. “Bukan. Hanya sepertinya ini akan mengejutkanmu. Berjanjilah kalau kau takkan berbuat yang aneh-aneh…” kata Harry serius. “Ada apa sih, denganmu?” Ron melepaskan tangan Harry dan langsung membuka bungkusan itu. Sesuatu yang berkilauan keemasan terjatuh. Dengan cepat Ron mengambilnya dan terbelalak tak percaya. Mulutnya menganga lebar. Tapi dia tak bisa berkata apa-apa… Harry mengintip sebentar dari balik bahu Ron dan menghela napas panjang. “Ah… sudah kuduga…” katanya lesu. “Malfoy, Malfoy…” Di tangan Ron yang gemetaran, tergenggam sebuah bingkai foto yang terbuat dari emas yang sangat indah dan berukiran menakjubkan.Dan di tengah bingkai cantik itu, gambar Hermione tersenyum-senyum sambil melambaikan tangan…
"Love is not blind, it's blinding.
Terkadang, kita tidak pernah menyadari
cahaya berkilauan yang berada tepat di hadapan kita."