Final Fantasy VIII, salah satu game legendaris yang mempertontonkan cinta secara dramatis. |
Apa yang kamu bayangkan ketika mendengar kata "cinta"? Benarkah pemahaman cinta yang selama ini kita yakini?
Perasaan kepada kekasih hanyalah
satu bagian kecil dari cinta. Kita menganggapnya sebagai cinta yang sebenarnya
karena perasaan semacam inilah yang paling sering terekspos.
Bayangkan, 98,7 % lagu, drama, film,
bertemakan cinta kepada kekasih. Keadaan ini bahkan telah berlangsung sejak
dulu. Ingat Romeo and Juliet-nya William Shakespeare? Dia juga memopulerkan
cinta kepada kekasih. Hal ini terus berlangsung selama berabad-abad. Namun, tentu kita perlu ingat bahwa
cinta yang selama ini kita kenal hanyalah serpihan dari sesuatu yang lebih
besar.
Inilah cinta yang sebenarnya harus
lebih diagungkan; cinta kepada Tuhan. Siapa itu Tuhan? Dia adalah Sang Pencipta
yang mungkin identitasnya bagi tiap orang berbeda-beda. Intinya, kita harus
mencintai “orang” yang menciptakan kita. Dialah yang membuat kita ada. Rasa
cinta ini merupakan kewajiban. Perwujudannya? Sebagian besar orang percaya
bahwa beribadah adalah cara menunjukkan cinta kita kepada-Nya. Namun sedikit
sekali orang yang beribadah dengan tulus tanpa mengharap imbalan “surga”. Orang
tipe ini tentu tidak mencintai Tuhan. Mereka hanya ingin masuk surga. Bagaimana
dengan kamu? Apa kamu juga termasuk orang yang beribadah karena ingin masuk
surga? Hmm.
Cinta Sibling
Cinta ini diukur dengan ada atau
tidaknya ikatan darah. Cinta kepada saudara, ibu, ayah, dan seterusnya termasuk
cinta sibling. Sebagai catatan, cinta ibu kepada anaknya sering sekali disebut
sebagai “cinta sejati”. Ini bisa jadi benar kalau takaran “kesejatian”
ditentukan oleh ada tidaknya pamrih. Ibu mencintai anaknya tanpa pamrih.
Seorang ibu akan menjaga, melindungi, dan melakukan apa saja demi kebahagiaan
anaknya. Mengapa? Jelas karena seorang ibu merasa MEMILIKI anaknya. Tiap
manusia secara naluriah akan melindungi dan mempertahankan segala yang
dimilikinya. Dengan kata lain, posesivitas. Kalau sudah begini, apa benar cinta
ibu itu cinta sejati?
Cinta Nakama
Sasuke Uchiha dan Naruto Uzumaki, contoh dua sahabat yang tidak terpisahkan walau takdir mereka berseberangan. |
Cinta jenis ini merupakan cinta
kepada sahabat. Dengan kata lain, orang asing yang tidak ada hubungan darah
dengan kita. Perlu ditekankan bahwa kenalan, teman, dan sahabat memiliki
perbedaan besar. Kenalan adalah orang yang kita ketahui nama dan wajahnya,
tetapi hanya sebatas itu. Teman adalah orang yang kita ketahui nama dan
wajahnya, dan kita sering berinteraksi dengan mereka, tetapi hanya sebatas itu.
Nah, sahabat adalah orang yang kita ketahui nama dan wajahnya, kita sering
berinteraksi dengan mereka, dan kita MEMERCAYAINYA. Yang perlu dicintai? Tentu
sahabat. Namun, banyak dari kita yang belum bisa membedakan dengan tegas, mana
yang kenalan, mana yang teman, dan mana yang sahabat.
Mulai sekarang, mungkin
kamu akan mau memilah orang-orang di sekitarmu dengan tiga kriteria tersebut.
Jangan terkejut jika kamu akhirnya menyadari bahwa kamu sama sekali tidak
memiliki sahabat.
Inilah yang sering dielu-elukan
sebagai “cinta sebenarnya”, yaitu cinta kepada kekasih. Karena propaganda
gila-gilaan selama berabad-abad, orang-orang jadi yakin bahwa cinta itu
hanyalah cinta eros. Sungguh kelupaan yang fatal. Bayangkan, berapa orang yang
mengaku “galau” karena putus cinta eros atau ditolak ketika menyatakan cinta
eros? Serasa dunia ini berakhir, tidak ada lagi harapan, tidak ada lagi tujuan
hidup. Padahal, mereka masih punya tiga cinta yang lain. Sungguh absurd, tetapi
manusiawi.
Kita harus sadar, bahwa semerana apa pun kita, cinta tidak akan
putus seutuhnya. Katakanlah kita tidak punya kekasih, tetapi kita punya
sahabat. Katakanlah kita tidak punya kekasih dan sahabat, tetapi kita punya
keluarga. Katakanlah kita tidak punya kekasih, sahabat, dan keluarga, tetapi
PASTI kita punya Tuhan. Tuhan tidak akan meninggalkan kita, meski dunia ini
hancur. Lalu, mengapa harus patah hati karena cinta kalau sebenarnya kita tidak
mungkin putus cinta? Inilah yang harus kita pikirkan. Lama.
Lalu, banyak juga orang yang salah
kaprah dalam menginterpretasikan cinta eros. Jika kita tertarik kepada
seseorang dan kita ingin memilikinya, apakah itu cinta eros? Kebanyakan orang
akan menjawab “ya”. Wajar, kan ?
Jika tertarik, tentu kita akan mendekati dan menyatakan cinta. Tujuannya? Ya
untuk memiliki. Namun, sayangnya, pemikiran orang-orang tipe ini sangat
dangkal. Keinginan memiliki sesuatu tidak lebih dari perwujudan keserakahan
manusia. Tidak lebih dari hasrat memuaskan nafsu diri sendiri.
Logikanya
begini: Misalnya kita menyukai sebuah mobil. Kita lalu menabung dan akhirnya
bisa memiliki mobil itu. Namun, apakah kita mencintai mobil itu? Tentu tidak.
Itu hanya hasrat, nafsu, keserakahan untuk memiliki sesuatu. Lantas, kalau mendekati
seseorang, menyatakan cinta, dan memilikinya, mengapa kita mengatakan bahwa
kita mencintainya? Tentu ini omong kosong. Sayangnya, omong kosong ini banyak,
BANYAK dilakukan orang. Bahkan banyak di antara mereka yang memutuskan menikah
dengan landasan hasrat memiliki itu. Jangan heran jika banyak terjadi
perceraian yang menciptakan anak-anak pemberontak, torned souls.
Lantas? Bagaimana sebenarnya cinta
eros itu? Apakah hanya cinta platonis yang tidak perlu memiliki? Pemikiran ini
juga salah besar. Ketika kita tertarik dengan seseorang, lalu membiarkannya
saja dan mengusap dada sambil berbisik syahdu, “Cintaku tak harus memiliki”,
inilah bullshit yang sebenarnya. Kita
harus sadar bahwa kita ini manusia. Keinginan memiliki sebagai hasrat dan
keserakahan tidak bisa kita buang. Sebab itulah yang membedakan kita dengan
malaikat; nafsu. Cinta eros yang sebenarnya bukan berarti kita harus membuang
nafsu yang tidak mungkin kita buang juga (yang terjadi justru kita hanya
pura-pura bisa membuang nafsu itu). Cinta eros yang sebenarnya adalah
implementasi sempurna dari hasrat dan kebijakan. Maksudnya? Jika kita mencintai
seseorang dengan cinta eros, maka hukum tertinggi muncul: kebahagiaannya adalah
prioritas. Mencintai adalah membahagiakan, bukan memiliki. Namun, bukan pula
melepas tangan dan membiarkannya pergi begitu saja. Membahagiakan ada banyak
cara. Menjadi pasangannya hanyalah satu cara dari banyak cara tersebut.
Jadi, apa yang harus kita lakukan
untuk mewujudkan cinta eros itu?
Akhirnya akan muncul pertanyaan ini.
Mungkinkah kita mencintai seseorang tanpa ada hasrat memilikinya? Tidak
mungkin. Namun, kita tidak perlu mengaktualisasikan hasrat itu. Ingat hukum
tertinggi itu: kebahagiaannya adalah prioritas. Jika dia bahagia dengan kita,
jadikanlah dia pasangan kita. Jika dia bahagia dengan orang lain, lepaskanlah
dia. Keberadaan kita hanyalah untuk men-support
kebahagiaannya. Inilah cinta eros yang sebenarnya. Jika kamu belum pernah
merasakan hal seperti ini, maka kamu belumlah jatuh cinta. Kamu hanya
terkamuflase oleh hasrat ingin memiliki. Namun yakinlah, suatu saat, kamu akan
merasakan bahwa kebahagiaan seseorang adalah yang utama. Saat itu tiba, itulah
cinta eros yang sebenarnya… dan cinta seperti ini adalah kekuatan terbesar di
alam semesta.
Nah, selama ini, benarkah pemahaman kita tentang cinta?
No comments:
Post a Comment