Kontradiktif. Paradoks. Sebutlah apa namanya. Yang jelas, keberlawanan ini nyata. Kita menghirupnya, mengenakannya, bahkan mengucapkannya tiap hari--meski tanpa sadar. Dari sini pun kita bisa mempelajari sifat dasar lelaki. Bagaimana caranya?
Pernah dengar Legenda Jaka Tarub yang termaktub dalam Babad Tanah Jawi?
Ya, kisah seorang pembohong yang berhasil memperistri bidadari.
Jadi, inti ceritanya begini.
Suatu hari, Jaka Tarub sedang berburu di hutan. Ia lalu melihat tujuh bidadari sedang mandi di sungai. Ia langsung jatuh cinta kepada sang bidadari bungsu, Nawangwulan. Ia ingin Nawangwulan membalas cintanya. Untuk itu, ia mencuri selendang Nawangwulan sehingga bidadari malang itu tidak bisa kembali ke kayangan. Nawangwulan pun terpaksa tinggal di bumi dan menikah dengan Jaka, bahkan mereka sempat punya anak yang diberi nama Nawangsih. Sayangnya, suatu hari Nawangwulan menemukan selendang yang disembunyikan Jaka Tarub. Ia pun lantas kembali ke kayangan, meninggalkan suami dan putrinya.
Jadi, apa yang bisa kita dapatkan dari kisah ini? Well, jika cermat, kita dapat menemukan sifat-sifat dasar lelaki karena dongeng ini sebenarnya adalah kritik untuk kaum lelaki. Apa saja sifat dasar lelaki yang dikritik itu?
1. Sangat Rentan akan Kecantikan
Jaka jelas-jelas terobsesi dengan kecantikan Nawangwulan. Well, tiap pria normal tentu akan tertarik dengan wanita cantik. Apalagi, dalam kisah ini, wanita tersebut bukan wanita biasa, melainkan bidadari dari kayangan. Sejak zaman Adam, kecantikan selalu menjadi senjata paling mematikan bagi lelaki yang membuat manusia terdampar dari surga. Pernah ada kasus seorang siswa SMA yang sangat bodoh, tiba-tiba menjadi siswa peringkat utama hanya karena dimotivasi oleh gurunya yang cantik. Banyaknya poligami juga dipicu oleh sifat dasar ini. Pernahkah kita melihat istri muda yang tidak lebih cantik dari istri tua? Padahal, lelaki tahu betul pepatah "cinta akan kecantikan akan cepat mati seperti kecantikan itu sendiri". Namun, tetap saja. They can not oppress their nature and they won't.
2. Manipulatif
Lelaki akan melakukan segala cara untuk mendapatkan gadis yang diincar. Dalam sepak bola, ada istilah professional foul, yaitu pelanggaran yang sengaja dilakukan demi kemenangan tim--populer dilakukan oleh Diego Maradona dengan gol tangan Tuhannya. Hal ini dilakukan atas dasar filosofi 'kemenangan tim adalah segalanya' atau 'play to win'. Dalam dunia lelaki, ini adalah hal biasa. Begitu pun seperti yang dipertontonkan Jaka Tarub dengan mencuri selendang Nawangwulan. Apa pun sah, jika untuk mendapatkan seorang wanita.
3. Mendadak Jadi Bodoh
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtT7stPRGru0cr8dBAzoxCDUj7YvwMzQ5ZYspS20jgzgvlyRPq9Zx8lOztt3xdDW4P3LjafiPjO6Ho9ifvS4wsF337D6wcLqogKWHyxKSwV-hevXMU8TZVegvMR6fx8co9jD2DPw7u_zeS/s1600/dumb-guy-e1330395152597.jpg)
Lelaki terkenal lebih suka menggunakan logika (otak) daripada perasaan (hati). Benarkah? Well, dalam kasus selain wanita, benar. Namun, jika sudah tentang wanita, lelaki tiba-tiba menjelma jadi makhluk terdungu di muka bumi. Kebodohan ini jelas dicontohkan oleh Jaka Tarub. Dia pikir mengambil selendang dan menyembunyikannya itu cerdas? Itu sangat bodoh. Mengapa tidak ia bakar saja selendang itu dan membiarkan semua kebohongannya menjadi abu? Mengapa harus menyembunyikannya? Supaya suatu saat bisa ditemukan dan harus merelakan bidadarinya pergi? Bodoh. Satu-satunya alasan Jaka Tarub tidak memusnahkan selendang itu adalah ia tidak tega. Bagaimanapun, selendang itu adalah barang berharga milik wanita yang dicintainya. Dengan kata lain, lelaki yang terkenal suka menggunakan logika malah termanipulasi oleh perasaannya sendiri. Retarded.
4. Menggantungkan Harapan pada Keputusan Wanita
Nawangwulan memutuskan untuk kembali ke kayangan ketika menemukan kembali selendangnya. Haruskah? Tidak. Sebenarnya ia bisa tetap tinggal dengan keluarga kecilnya di bumi, hingga akhir hayat. Namun, bidadari yang terkenal sebagai makhluk tercantik itu memutuskan lain. Mengapa? Jawaban yang paling populer adalah ia kecewa dan menganggap cinta Jaka selama ini palsu karena berlandaskan kebohongan. Segala sesuatu yang diawali kebohongan tidak akan berakhir dengan baik. Nah, di sinilah menariknya. Jaka sebenarnya masih bisa berargumentasi, dan ia SEHARUSNYA berargumentasi. Namun, karena berlagak gentlemen "aku menghormati keputusanmu", jadilah ia ditinggal. Padahal, Nawangwulan menangis ketika terbang kembali ke kayangan (artinya sebenarnya mungkin ia berharap Jaka menghentikannya). Namun itulah lelaki, selalu menggantungkan harapan pada keputusan wanita. Ketika menyatakan cinta pun, lelaki pasrah pada keputusan wanita. Padahal wanita yang menolak belum tentu yakin akan keputusannya itu.
Legenda ini menarik karena hingga saat ini pun, keempat sifat ini masih dimiliki lelaki. Mungkin karena di bumi ini telah banyak tersebar keturunan Nawangsih (ras campuran manusia-bidadari yang punya kecantikan magis, misalnya Dian Sastro ^^). Akibatnya, muncul pulalah Jaka-Jaka lain tanpa ada habisnya.
![]() |
Salah satu wanita yang populer dielu-elukan sebagai "titisan Nawangsih", Dian Sastro. |
It's in their vein. Heck, it's in OUR vein--I'm a man, too ^^
Beauty reign the world
People seek beauty in every way:
Beautiful wife, beautiful house, beautiful car,
beautiful scenery, beautiful religion
And humans are just slave of beauty
Did you post this after hearing my story?
ReplyDeleteBtw gw baru tau dian sastro itu titisan nawangsih :p
Nope, I had posted it before I heard your story. Somehow, I just feel "kinda knew" that I will hear your story sooner or later. Hehe.
DeleteShe is. And may be you, too. XD