Total Pageviews

July 28, 2015

Afirmasi

Aku bisa menulis jutaan puisi dan berlembar-lembar surat cinta untuk kamu baca. Namun, aku yakin kamu tetap tidak akan mengerti perasaanku yang sebenarnya.



Ini bukan masalah komprehensi, bukan juga tentang inteligensi. Ini soal rasa yang tidak terjangkau logika manusia. Ini soal getar isyarat tak terbaca dalam sela rusuk Adam.

Abstrak.

Imajiner.

Dan kita, seperti manusia lainnya, selalu takut akan semua hal yang tidak kita pahami. Selalu menghindari ketidakmengertian. Selalu hanya memercayai apa yang ingin kita percayai.

Mana mungkin kamu menerima sesuatu yang tidak kamu pahami? Jadi, patutkah aku marah kepadamu ketika kamu tidak bisa menerima perasaanku yang tidak pernah kamu mengerti?

Seperti yang selalu kamu bilang, ini bukan tentang siapa yang pantas untuk siapa atau siapa yang tidak pantas untuk siapa. Aku bukannya tidak pantas untukmu. Kamu bukannya tidak pantas untukku. Aku bukannya tidak bisa jadi imammu. Kamu bukannya tidak mau jadi makmumku. Perseberangan dan keterpisahan kita—padahal kita sangat dekat—murni karena kamu tidak pernah memahami perasaanku.

Untuk apa mempelajari perasaanku? Tidak ada untungnya. Tidak ada nilai ibadahnya. Dan walaupun kamu sudi meliriknya, toh perasaanku sungguh tak terperi. Manusia mana yang bisa memahaminya? Mungkin Allah menciptakan rasa itu hanya untuk bisa dimengerti diri-Nya sendiri. Semua tindakanmu itu sangat berterima. Jadi, aku memang tak berhak marah atau protes.

Mungkin kamu pikir aku hanya mencari justifikasi, pembenaran, alasan, atau apa pun namanya. Mungkin kamu juga berpikir ini hanya obsesi seorang cowok sinting. Sebutlah aku memang begitu. Namun, pernahkah satu kali saja di suatu malam, kamu menyertakan namaku dalam istikharah, meminta nasihat dan petunjuk Allah tentang semua ketidakmengertian ini?

Aku tidak sempurna. Bagimu atau bagi siapa saja. Aku berlumur keraguan, kesesatan, dan dosa. Namun, bukan itu alasannya kamu menyisihkanku.


Bukan itu.


Wahai bidadari pemeluk subuh,
 telah kuminta Allah menunda fajarnya.
 Sekadar menyempatkan keringnya air mata tahajudmu. 

No comments:

Post a Comment